Yakin Ingin Tinggal di Kabupaten Bekasi?

Suasana Jl. Raya Cikarang-Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Selasa (30/7/2019)



Bekasi tuh, panas!
Ampun, macetnya Bekasi ini!
Ah, pengen pindah aja rasanya dari Bekasi!

Bagi yang menetap di Kabupaten Bekasi, pernahkah mengeluhkan hal yang sama dengan orang-orang tersebut?

Kabupaten Bekasi, begitu dikenal dengan julukan Kota Sejuta Industri. Di mana begitu banyak orang yang mencari penghidupan di daerah kecil ini. Berani menerapkan pepatah, di mana langit dijunjung, di situlah bumi dipijak. Banyak perantau mengadu nasib ke Bekasi, rata-rata hanya untuk mencari sesuap nasi. Entah menjadi buruh industri, berdagang sana sini, atau sekadar mengemis rezeki.

Menjamurnya perantau membuat pribumi Bekasi merasa terasingkan. Setidaknya itulah yang dikatakan Aprillia (19 tahun), yang sejak dalam kandungan sudah tinggal di Kecamatan Cikarang Timur.

“Iya, saat bersaing dengan perantau, justru lebih cepat perantau yang mendapatkan kerja dibandingkan pribumi. Padahal tanah untuk membangun perusahaan itu juga punya pribumi,” ungkapnya.

Nyatanya memang benar, pembangunan perusahaan industri dan properti di Kabupaten Bekasi rata-rata memakai tanah milik pribumi.

Seperti yang dituturkan oleh narasumber selanjutnya, Oman Setiawan, yang mengaku bahwa tanah warisannya dibeli oleh perusahaan properti dengan harga yang tidak sebanding. Mari kita doakan saja semoga tanahnya menjadi berkah.

Persaingan antara pribumi dengan perantau di Kabupaten Bekasi seperti tak ada habisnya. Perantau merasa dirugikan oleh pribumi karena seenaknya menagih uang kontrakan di tanggal yang belum waktunya, sementara pribumi merasa dirugikan oleh perantau yang seenaknya mengambil jatah pekerjaannya.

Padahal perantau dan pribumi tinggal di wilayah yang sama. Menikmati cuaca panas yang sama. Melebur dalam satu gang yang sama. Mengapa masih menganggap itu sebuah perbedaan? Kabupaten Bekasi cinta damai. Kabupaten Bekasi mencintai perbedaan rakyatnya.

Semoga Pemerintah Kabupaten Bekasi maklum dengan masyarakatnya dan dapat menemukan solusi untuk masalah ini.

Lupakan dulu si perantau dan si pribumi. Mari beralih ke pembangunan Kabupaten Bekasi yang begitu pesat ini.

Penulis merasakan bagaimana tanah lapangan bola dan danau yang konon ada buayanya disulap menjadi ruko-ruko, pusat perbelanjaan, dan tempat nongkrongnya anak muda. Nama tempat akan penulis samarkan, tapi sebut saja Cifest.

Jalan raya yang belasan tahun lalu masih lengang, kini begitu ramai. Kemacetan hampir setiap hari penulis rasakan ketika hendak menuju sekolah. Jalan Raya Cikarang-Cibarusah selalu dipadati pengendara yang pergi-pulang melakukan aktifitasnya. Apalagi jalan tersebut sangat vital karena menuju ke pusat industri Hyundai dan kawasan Ejip. Rencananya, akan dilakukan pelebaran jalan untuk mengatasi kemacetan tersebut.

Belum tuntas masalah kemacetan, cuaca panas menjadi permasalahan selanjutnya. Memang tidak bisa disama ratakan semua wilayah di Kabupaten Bekasi itu panas, tapi bagi penulis yang notabene tinggal di wilayah Kecamatan Cikarang Selatan sangat merasakan hal itu.

“Panas, iya sih. Macet juga iya, tapi ya berhubung udah lama tinggal di sini jadi ya betah-betah aja,” ungkap Afifah (16 tahun), mengungkapkan perasaannya tinggal di Kota Sejuta Industri ini. Afifah juga menuturkan, dari segi fasilitas Kabupaten Bekasi sudah lengkap. Namun, dirinya menyayangkan wilayah Kecamatan Cikarang Selatan yang merupakan tempat tinggalnya, seperti belum terlalu maju dibandingkan kecamatan-kecamatan yang lain.

”Trotoar. Itu jalan raya banyak yang belum ada trotoarnya, kan, mau jalan jadi mepet-mepet mulu ke toko orang. Terus jalan raya yang nggak ada pembatasnya, jadi serem soalnya kadang ada yang ngambil jalur yang salah jadi sempit. Mana banyak truk gede-gede,” katanya begitu berapi-api menyebutkan fasilitas apa yang harus ditingkatkan atau dibangun lagi.

“Sama satu lagi, hal kecil sih, tapi penting. Tong sampah di pinggir-pinggir jalan gitu disediain coba, dikira enak ngantongin sampah sambil jalan. Udah gitu, sampah di Bekasi tuh sepanjang jalan ada. Nggak enak banget dilihatnya. Sama kasih pot-pot tanaman gitu di pinggir jalan, biar nggak gersang-gersang banget, biar nggak panas juga,” lanjutnya.

Wahai Pemerintah Kabupaten Bekasi, dengarkanlah aspirasi rakyatmu ini.

Di usia yang menginjak 69 tahun ini, begitu banyak pembangunan yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Bekasi. Berbagai macam perubahan pun telah banyak dirasakan. Harapan atas bertambahnya usia Kabupaten Bekasi tidak lupa dihaturkan.

”Tolong cari solusi untuk menekan pengangguran terutama pribumi. Mengadakan perpustakaan perdesa. Karena saya selaku panitia Taman Baca CLBK (Cikarang Literasi Buku Karya) sangat berharap adanya ruang,” ungkap Aprillia.

”Semoga pembangunannya lebih merata, sedih lihat daerah yang belum diperhatikan. Kalau bisa ya, jangan kebanyakan pabrik yang diizinin, nggak enak aja udara lama-lama kayak nggak bisa buat napas. Terus yang tadi-tadi itu jangan lupa dilaksanain,” ujar Afifah. Baeklaaah.

Dari penulis sendiri, semoga Kabupaten Bekasi tetap jaya dan semakin dicintai oleh rakyatnya. Karena pembangunan yang baik adalah yang memerhatikan dan mendengarkan aspirasi rakyatnya. Jika tidak, maka pembangunan akan kacau dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Yakin masih ingin tinggal di Kabupaten Bekasi? Aku sih, yes!

Salam Bekasi Baru, Bekasi Bersih!
(AP-004/LKJ3.2019)


Komentar