Kuda Renggong: Kekayaan Seni dari Sumedang

 

lokadata.id, Ardiles Rante/Epa

Irama kendang yang mengalun membuat sang kuda beraksi. Berjoget kanan dan kiri. Anak-anak yang ada di tunggangannya tersenyum senang sekaligus tegang, takut terjatuh dari sang kuda. Sementara sang pawang fokus mengarahkan kuda agar pertunjukkan berjalan lancar.

Kuda Renggong adalah kesenian tradisional Sumedang yang berhasil mencatatkan dirinya dalam kekayaan seni tradisional Jawa Barat. Renggong berasal dari kata ronggeng yang artinya kamonesan atau terampil. Kuda yang terampil berjoget mengikuti alunan musik.

Pertunjukkan rakyat ini biasanya hadir di acara sunatan, pernikahan, perayaan kemerdekaan, dan lain sebagainya. Kuda Renggong terus berkembang dan meluas, bahkan menjadi agenda tahunan Dinas Pariwisata Sumedang.


Sejarah Kuda Renggong

Kesenian Kuda Renggong lahir dari seorang laki-laki bernama Sipan, bocah yang senang bermain kuda. Sipan berasal dari Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Dia adalah juru pelihara kuda Pangeran Mekah atau Bupati Soerja Atmadja yang memerintah Sumedang dari tahun 1882 hingga 1919.

Pada zaman kerajaan, kuda digunakan sebagai alat transportasi dan alat perang. Pangeran Mekah secara khusus mendatangkan langsung kuda-kudanya dari Sumbawa. Beliau memercayakan urusan kuda kepada Sipan.

Sipan sangat tekun memelihara dan melatih kuda-kudanya. Dia senang melihat gerakan-gerakan kuda, terutama gerakan kepala dan kaki. Gerakan kepala dan kaki menjadi gerakan dasar yang Sipan kreasikan menjadi kesenian Kuda Renggong.

Pada usianya yang menginjak 40 tahun, Sipan mulai mengkreasikan gerakan-gerakan itu agar sang kuda bisa menari mengikuri alunan irama kendang. Kuda yang pertama kali dilatih Sipan bernama Si Cengek dan Si Dengek.

Sipan meninggal di usia 69 tahun, tetapi kesenian yang dibuatnya tidaklah berhenti begitu saja. Kesenian Kuda Renggong diteruskan kepada anaknya, Sukria, kemudian diteruskan lagi secara turun-temurun.


Atraksi Kuda Renggong

Kuda Renggong memiliki daya tarik pada gerakan kepala, kaki dan badan kuda yang menari mengikuti irama kendang. Gerakan ini terdiri dari lima jenis, antara lain:

        1. Adean, gerakan kaki kuda yang kepinggir seolah-olah melintang.

        2. Torolong, gerakan langkah kuda yang pendek-pendek, tetapi cepat.

      3. Congklang, gerakan lari kuda yang cepat dan kakinya sama-sama menjulur ke depan seperti kuda pacu.

        4. Jagrog (derap), langkah kuda biasa, tetapi gerakannya tetap cepat.

        5. Anjing minggat, gerakan langkah kaki kuda setengah berlari.

Kesenian Kuda Renggong juga memiliki beberapa makna, antara lain:

1. Makna spiritual, kesenian Kuda Renggong menjadi bagian dalam acara pendewasaan (sunatan). Kekuatan dari kuda dan pakaian tokoh Gatot Kaca membuat kenangan tersendiri di hati sang anak yang disunat.

2. Makna interaksi antar makhluk, hubungan antara pawang dan kudanya bukan semata-mata binatang peliharaan. Ada hubungan khusus yang memosisikan kuda sebagai makhluk Tuhan yang harus dilindungi dan disayangi.

3. Makna Teatrikal, gerakan-gerakan yang diberikan oleh sang kuda menunjukkan posisinya yang nampak berwibawa dan mempesona.

4. Makna universal, manusia telah mengenal dan bersahabat dengan kuda sejak dulu kala. Kuda sering dijadikan simbol kekuatan, kepahlawanan, kewibawaan, dan lain sebagainya.

Seiring dengan perkembangannya, Kuda Renggong telah memiliki kreasi busana yang diciptakan oleh Encep Suharna. Selain kreasi busana, dalam segi pertunjukkannya pun ada kreasi lain lagi yang dinamakan Kuda Silat. 

Kuda Renggong umumnya dimainkan oleh para laki-laki dewasa. Mereka tergabung dalam kelompok yang terdiri atas:

 1. Pelatuk (Pemimpin Kelompok)

2.  Pemain Waditra

3. Pemain Silat

Musik yang mengiringi kesenian Kuda Renggong biasanya dari kendang. Tembang yang seringkali dinyanyikan antara lain Mojang Geulis, Kaleked, Rayak-Rayak, Ole-Ole, Bandung, Kembang Gadung, Kembang Beureum, Jisamsu, dan lain sebagainya.

Kuda Renggong paling sering dipertunjukkan dalam acara sunatan. Awalnya anak yang disunat akan diupacarai dan diberi doa. Kemudian, anak tersebut akan berpakaian bak tokoh Gatot Kaca dan dinaikkan ke atas tunggangan kuda.

Irama kendang akan mengalun dan sang kuda akan bergerak maju sambil menari. Kuda Renggong akan diarak mengelilingi desa. Biasanya banyak orang yang mengiringi dan pertunjukkan akan dinantikan setiap orang di pinggir jalan. Suasana ramai dan sangat meriah.

Setelah mengelilingi desa, Kuda Renggong akan kembali ke rumah sang anak yang disunat sambil menembangkan lagu Pileuleluyan. Pertunjukkan diakhiri dengan saweran yang dinanti-nantikan warga desa, terutama anak-anak.

Kesenian Kuda Renggong juga memiliki festival tersendiri yang tentunya berbeda dengan pertunjukkan di acara sunatan. Festival Kuda Renggong melibatkan partisipan dari berbagai desa. Kebanggaan terbesar adalah peningkatan partisipan setiap tahunnya.

Partisipan dalam Festival Kuda Renggong berupa rombongan yang mewakili desa atau kecamatan di Kabupaten Sumedang. Kreasi unik para peserta akan ditampilkan. Ada yang memakai kostum pakaian tradisional Indonesia hingga kostum ala putri kerajaan dari dongeng. Kuda juga tidak mau kalah dalam hal kostum. Para kuda biasanya dihiasi asesori cantik yang meriah. Musik yang digunakan juga tidak monoton. Ada yang menggunakan musik Dangdutan, Keroncong, Tanjidor, dan lain sebagainya.

Mereka akan dikumpulkan di area keberangkatan yang biasanya terletak di kantor Bupati. Panitia menentukan rute jalan yang harus dilewati para peserta. Juri akan menilai di titik-titik tertentu yang dilalui rombongan peserta. Setelah semua peserta berkeliling, mereka akan kembali ke awal keberangkatan.

 

Kuda Renggong yang Terkenal

Kesenian Kuda Renggong telah berusia lebih dari 80 tahun. Namun, gerakan-gerakannya tidak berubah, malah terlihat monoton. Hal ini menjadi kekhawatiran kalau kesenian ini tidak akan berlangsung lama karena orang bosan dan tidak tertarik lagi.

Padahal kesenian asli Sumedang ini turut andil dalam kekayaan seni tradisional Jawa Barat. Berdasarkan data statistik kebudayaan 2017, Jawa Barat menjadi provinsi kedua dengan kekayaan warisan budaya tak benda.

Dikutip dari lokadata.id, praktisi seni tradisional Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Ade Abdul Kholik, mengatakan bahwa kesenian Kuda Renggong cukup populer dan membuat Sumedang jadi terkenal tidak hanya di Jawa Barat, tetapi juga Indonesia dan mancanegara.

Sumedang patut berbangga punya kesenian Kuda Renggong.

 

Sumber:

Yandi dan Aam. 2019. Ketika Kuda Renggong Unjuk Gigi. Diakses dari https://lokadata.id/artikel/ketika-kuda-renggong-unjuk-gigi

Aksara Jabar. 2020. Mengenal Kesenian Kuda Renggong. Diakses dari https://aksarajabar.pikiran-rakyat.com/seni-sastra/pr-99776019/mengenal-kesenian-kuda-renggong

Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. 2010. Kuda Renggong. Diakses dari https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=266

Ditwdb. 2019. Kesenian Tradisional Khas Sumedang, Kuda Renggong. Diakses dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/kesenian-tradisional-khas-sumedang-kuda-renggong/

Komentar