Semangkuk Bakso yang Memberi Penghidupan

 


Sendok dan garpu saling beradu. Bersamaan dengan riuh rendah manusia dan bising kendaraan yang memenuhi atmosfer senja kala itu. Seorang pria paruh baya tengah lihai meracik beberapa mangkuk bakso dan sigap membawanya ke hadapan pembeli.

Belum sempat beristirahat, tangan yang mulai keriput itu harus kembali melayani beberapa pembeli yang datang. Memang, di antara beberapa pedagang makanan yang ada di luar Pasar Central Lippo Cikarang, Desa Sukaresmi, Kecamatan Cikarang Selatan, lapak bakso Pak Eko yang tampak paling ramai.

“Namanya rezeki sudah ada yang mengatur,” kata Pak Eko sambil tertawa.

Pak Eko mengatakan sudah lebih dari 30 tahun berjualan bakso. Namun, dia mengaku baru sekitar dua tahun berjualan di daerah itu.

“Udah dagang sekitar 30 tahun. Cuma dulu di Karawang, kalau di Cikarang baru dua tahunan,” jelasnya.

Semangkuk bakso lengkap dengan sayur dan mie disajikan berkali-kali. Pak Eko juga bekerja sama dengan temannya yang menjual berbagai macam minuman, seperti Es Teh Manis, Es Jeruk, dan lain sebagainya.

Rata-rata pembelinya adalah buruh pabrik yang pulang kerja sehingga selalu ramai pada sore hari. Seorang pelanggan, Eva, mengatakan bakso Pak Eko yang paling sedap di antara semua bakso yang dicicipnya. Maka dari itu, dia selalu berkunjung setiap pulang kerja.

“Bakso di sini paling enak, sih. Aku suka banget bakso, kayak semua bakso yang ada di Cikarang Selatan udah pernah aku cobain, cuma nggak ada yang seenak ini. Apalagi kuah baksonya enak banget, jadinya setiap pulang kerja selalu mampir ke sini,” tutur Eva.

Usai melayani semua pelanggan, pria yang memiliki tahi lalat di atas mulut itu dengan senang hati bercerita mengenai kisahnya. Dia merantau dari Jawa dan mencoba peruntungan di daerah yang dikenal dengan Kota Sejuta Industri.

“Saya dari Jawa, semua keluarga anak istri di Jawa. Istilahnya mah di sini merantau,” ucapnya. “Saya diajarin bikin bakso sama ibu saya, sekarang sudah meninggal. Banyak gagalnya lah dulu, dikomplain pembeli juga sering. Sekarang mah sudah jago,” lanjutnya lagi sambil mengenang.

Ketika ditanya soal penghasilan, Pak Eko tersenyum malu. Dia mengungkapkan melalui semangkuk bakso dia bisa membiayai kuliah anaknya dan mengangkat derajat keluarganya.

“Alhamdulillah, harus bersyukur,” katanya. “Anak saya udah bisa kuliah juga. Wah, bangga sekali saya,” lanjutnya sambil tersenyum.

Rasa rindu jauh dari keluarga juga kerap dirasakan Pak Eko. “Sering kangen lah sama keluarga di kampung. Namanya juga hidup, ya, dijalani saja. Di sini juga banyak yang merantau jadi kita udah kayak keluarga juga,” ucapnya.

Pak Eko masih belum tahu sampai kapan akan berjualan bakso. Apalagi kondisi Pasar Central Lippo Cikarang yang semakin sepi membuatnya khawatir lapaknya digusur.

“Belum tahu sampai kapan, yang pasti sekarang dijalani saja dulu. Khawatir mau digusur pasti ada lah, tapi kalau memang nanti suatu saat harus pindah (digusur) pasrah saja. Cari solusi lagi yang terbaik, karena pasti kan ada alasannya,” tutupnya. (fhk)

Komentar